"Analisa Teknikal?Apa itu?" gumam anda dalam hati. "Kok investasi saham pake analisa teknik. Emangnya saham punya mesin?"
Nah, untuk menghindari salah pengertian, sebelum kita diskusi tentang prinsip yang mendasari analisa teknikal (technical analysis), saya jelaskan dulu apa sebenarnya Analisa Teknikal ini.
Analisa Teknikal (Technical Analysis atau disingkat TA) adalah bidang yang memperhatikan gejolak harga (dan volume) saham dengan tujuan memprediksi harga saham di masa datang. Analisa teknikal biasanya dilakukan dengan menggunakan “chart” atau grafik.
Ada pemain saham yang menganggap Analisa Teknikal hanyalah chart/grafik harga. Tidak begitu. Semua metode analisa yang menggunakan harga (dan/atau volume) termasuk dalam Technical Analysis ini, terlepas apakah metode itu dijabarkan dalam grafik atau tidak.
Saat ini Technical Analysis sudah diterima sebagian pemain saham sebagai alat yang berguna. Tapi tetap saja masih ada yang menganggap bahwa Technical Analysis tidak bermanfaat sama sekali.
“Analisa Teknikal itu omong kosong,” begitu kata mereka. “Saya hanya percaya pada analisa fundamental.”
“Analisa Teknikal itu omong kosong,” begitu kata mereka. “Saya hanya percaya pada analisa fundamental.”
Pendapat mereka sah-sah saja. Tapi
terlepas dari apakah analisa teknikal berguna atau tidak, tidak ada
salahnya anda mencoba dan menentukan pendapat anda sendiri.
Sebelum anda mendalami Technical Analysis lebih lanjut, anda sebaiknya terlebih dahulu tahu prinsip-prinsip dasar berikut:
- Tidak ada satu pun analisa teknikal yang bisa memprediksi semuanya, yang “works all the time.”
- Analisa Teknikal terbagi menjadi dua metode utama: trend-following dan oscillator.
- Sebelum anda percaya analisa teknikal anda harus terlebih dulu percaya dalil momentum.
- Prediksi yang diberikan analisa teknikal bersifat TIDAK absolut.
- Analisa Teknikal digunakan karena sifatnya yang konsisten dan tanpa prasangka (unbiased).
Mari kita telaah lebih dalam prinsip-prinsip tersebut.
Prinsip Pertama: Tidak ada satu pun analisa teknikal yang bisa memprediksi semuanya.
Kalau anda mendalami TA, anda akan
menemukan berbagai rupa metode, dari yang sederhana sampai yang rumit.
Tampilan harga saham bisa dilakukan dengan bar, candlestick,
point-and-figure dan lain-lain. Metode perhitungan juga ada puluhan
bahkan ratusan, di antaranya: Average True Range, Bollinger Bands,
Chaikin Money Flow, Moving Average Convergence Divergence (MACD), Moving
Average, On Balance Volume, Parabolic SAR, Price Channel, Relative
Strenth Index, Stochastic, Williams’ %R.
Yang harus anda camkan: Dari semua
metode ini, tidak ada satupun yang bisa melakukan semua hal, tidak ada
satupun yang “works all the time.” Artinya, setiap metode punya
kelebihan tapi juga ada kelemahannya.
Contohnya begini: Bollinger Bands bisa berfungsi dengan baik ketika volatilitas relatif stabil tapi tidak efektif ketika volatilitas berubah menjadi tinggi. Atau, Moving Average mungkin berfungsi baik ketika saham bergerak dalam trend, tapi tidak banyak gunanya ketika harga bergerak dalam kisaran (sideways).
Contohnya begini: Bollinger Bands bisa berfungsi dengan baik ketika volatilitas relatif stabil tapi tidak efektif ketika volatilitas berubah menjadi tinggi. Atau, Moving Average mungkin berfungsi baik ketika saham bergerak dalam trend, tapi tidak banyak gunanya ketika harga bergerak dalam kisaran (sideways).
Jadi kalau ada orang yang mengklaim
bahwa analisa teknikal ciptaannya bisa memprediksi pergerakan semua
saham dalam segala kondisi, wah, sebaiknya anda berhati-hati. Ini sama
saja dengan tukang obat yang mengklaim bahwa obatnya bisa menyembuhkan
semua penyakit: darah tinggi, darah rendah, kencing manis, serangan
jantung, stroke, gagal ginjal, kanker, sampai impotensi, mandul,
penyakit kulit, penyakit kelamin dan lain sebagainya.
Mungkinkah?
Mungkinkah?
Kemungkinan selalu ada, tapi sangat
kecil. Beranikah anda mempertaruhkan kesehatan dan nyawa anda hanya
dengan obat ini? Saya rasa tidak. Jadi sebaiknya juga anda tidak
mempertaruhkan seluruh uang investasi anda pada satu analisa teknikal.
Prinsip Kedua: Analisa Teknikal terbagi menjadi dua cabang utama, trend-following dan oscillator.
Prinsip kedua ini adalah kelanjutan dari
prinsip pertama. Ada baiknya kita lihat dulu perbedaan trend-following
dengan oscillator.
Indikator trend-following berfungsi memprediksi apakah suatu saham sedang bergerak naik (uptrend) atau turun (downtrend) sedangkan indikator oscillator berfungsi memprediksi suatu saham yang bergerak dalam kisaran apakah sudah jenuh jual atau jenuh beli.
Indikator trend-following berfungsi memprediksi apakah suatu saham sedang bergerak naik (uptrend) atau turun (downtrend) sedangkan indikator oscillator berfungsi memprediksi suatu saham yang bergerak dalam kisaran apakah sudah jenuh jual atau jenuh beli.
Indikator trend-following tidak bekerja
efektif pada saham yang bergerak dalam kisaran (sideway). Demikian pula,
indikator oscillator tidak berfungsi maksimal pada saham yang sedang
bergerak naik atau turun.
Kalau saja pergerakan harga saham selalu
sama (yang naik, naik terus; yang sideway, sideway terus; yang turun,
turun terus) tentu tidak ada masalah karena indikator yang sudah
berfungsi baik akan tetap berfungsi.
Tapi masalahnya saham tidak terpaku pada pergerakan yang sama: yang sudah naik berkemungkinan berubah menjadi bergerak sideway. Atau juga saham yang sudah lama bergerak sideway, tiba-tiba keluar dari kisarannya dan memulai trend turun. Ketika perubahan ini terjadi, analisa teknikal yang berfungsi efektif sebelumnya akan menjadi tidak efektif dan memberi sinyal yang tidak tepat.
Tapi masalahnya saham tidak terpaku pada pergerakan yang sama: yang sudah naik berkemungkinan berubah menjadi bergerak sideway. Atau juga saham yang sudah lama bergerak sideway, tiba-tiba keluar dari kisarannya dan memulai trend turun. Ketika perubahan ini terjadi, analisa teknikal yang berfungsi efektif sebelumnya akan menjadi tidak efektif dan memberi sinyal yang tidak tepat.
Maka
dari itu, anda harus membedakan dulu analisa teknikal yang anda
gunakan, apakah ia adalah trend-following (misalnya moving average,
MACD) atau oscillator (Relative Strength Index, Stochastic).
Menggunakan indikator trend-following pada saham yang bergerak dalam kisaran sempit akan menuai kerugian. Demikian pula sebaliknya, menggunakan indikator oscillator pada saham yang sedang trend naik akan membuat kita menjual terlalu awal.
Menggunakan indikator trend-following pada saham yang bergerak dalam kisaran sempit akan menuai kerugian. Demikian pula sebaliknya, menggunakan indikator oscillator pada saham yang sedang trend naik akan membuat kita menjual terlalu awal.
Prinsip ketiga: Sebelum anda percaya pada analisa teknikal, anda harus terlebih dulu percaya pada dalil momentum.
Dalil
momentum mengatakan bahwa sesuatu yang bergerak maju akan cenderung
tetap bergerak maju; yang bergerak turun, cenderung tetap turun; yang
tidak bergerak, cenderung tetap tidak bergerak.
Kalau
anda ingin membuktikan dalil ini, coba anda mendorong mainan
mobil-mobilan. Mobil itu akan meluncur, lalu kecepatannya melambat
sebelum berhenti. Mobil tersebut tidak berhenti mendadak, apalagi
langsung berubah dari maju menjadi mundur. Coba anda pikirkan, adakah
benda yang sedang bergerak maju cepat lalu tiba-tiba berbalik arah tanpa
terlebih dahulu memperlambat majunya?
Dalil
momentum yang merupakan hukum fisika juga berlaku dalam pergerakan
harga saham. Saham yang sedang dalam trend naik biasanya tidak langsung
anjlok lagi ke harga semula. (Kalau saham mencoba naik tapi langsung
turun ke harga semula, ini berarti saham tersebut belum bermomentum
naik.) Saham yang sedang dalam trend turun tidak langsung berubah arah
dan naik dengan kencang. Saham yang bergerak sideway kemungkinan akan
tetap sideway sampai ada aksi beli atau jual signifikan yang meretas
gerakan sideway ini.
Kalau
anda masih kurang yakin dengan dalil momentum ini, saya sarankan anda
memperhatikan gerak harga beberapa saham selama beberapa bulan. Coba
anda lihat sendiri apakah benar saham yang sedang turun lebih cenderung
turun, saham yang sedang naik lebih cenderung naik, saham yang bergerak
sideway lebih cenderung sideway.
Kalau
setelah beberapa bulan menelaah gerakan harga saham anda masih tidak
percaya dalil momentum, artinya anda tidak akan percaya pada analisa
teknikal apapun dan sebaiknya anda menghindari menggunakan analisa ini.
Prinsip Keempat: Prediksi dari analisa teknikal bersifat TIDAK absolut.
Tidak absolut? Kok begitu?
Artinya, hanya karena analisa teknikal memberi sinyal bahwa saham akan naik, tidak berarti saham tersebut harus
naik. Analisa teknikal (seperti juga analisa fundamental dan
analisa-analisa lainnya) bersifat prediksi atau, dengan kata lain yang
lebih gamblang, nebak. Intinya, ketika kita menebak, tebakan kita bisa
salah.
Karena
kemungkinan salah ini, anda harus selalu siap untuk cut-loss, apapun
metode Technical Analysis yang anda gunakan. Misalkan saja metode
analisa teknikal yang anda pakai menyatakan bahwa saham ELTY akan naik
tapi kenyataanya ELTY malah turun. Perbedaan sinyal dengan kenyataan ini
berarti ada yang salah. Kesalahan ini bisa saja karena analisa teknikal
yang anda gunakan tidak berfungsi baik pada situasi tersebut atau bisa
juga karena anda salah menginterpretasi sinyal tersebut.
Apapun
sebabnya, kenyataan yang bertolak belakang dengan sinyal mengharuskan
anda untuk mengambil sikap: menyalahkan analisa teknikal atau
menyalahkan pasar. Karena pasar tidak pernah salah, berarti yang salah
adalah metode analisa yang anda gunakan. Kesimpulannya: kalau salah,
anda harus cut-loss dan jangan berargumentasi dengan pasar. Untuk lebih
tahu tentang cara cut-loss/stop-loss, silahkan baca pos “Cara Cut-Loss Untuk Stop Kerugian Saham.”
Mungkin
anda protes, “Kalau analisa teknikal tidak menghasilkan prediksi yang
absolut, ngapain gue pake?” Jawaban ini akan anda temukan pada prinsip
kelima.
Prinsip Kelima: Analisa Teknikal digunakan karena bersifat konsisten dan unbiased (tidak memihak).
Memang
analisa teknikal sering menelurkan prediksi salah. Tapi pemain saham
tetap memakai analisa teknikal karena sifatnya yang konsisten dan
unbiased. Apa maksudnya?
Salah
satu sebab utama pemain saham rugi adalah karena ia tidak konsisten
ketika mengambil keputusan beli atau jual. Ia memutuskan membeli dan
menjual hanya berdasarkan “feeling,” cara yang saya namakan metode
“semau udel.”
“Feeling
gua saham BBRI mau naik nih. Jadi gua beli lah,” begitu kira-kira
argumentasi yang diberikan. Tidak ada penjelasan lebih lanjut, tidak ada
sebab-akibat, tidak ada perhitungan matematis, tidak ada analisa
spesifik.
Masalahnya,
“feeling” tidak bisa diukur dan tidak bisa dikalkulasi dengan jelas.
Lagipula “feeling” anda tergantung apakah anda senang, sedih, siaga,
ngantuk, lapar, kenyang, jatuh cinta, patah hati. Karena sifat “feeling”
yang tidak konsisten ini, anda bisa melakukan kesalahan terus-menerus
karena anda tidak menggunakan patokan jelas untuk memutuskan beli atau
jual saham.
Berbeda dengan analisa teknikal.
Analisa
teknikal dikalkulasi dengan menggunakan data otentik harga (dan volume)
saham. Harga dan volume ini adalah fakta, tetap sama, dan tidak
tergantung kondisi anda. Juga tidak tergantung hari yang cerah, mendung,
panas, dingin, hujan. Perhitungan matematis analisa teknikal bersifat
konsisten dan tidak memihak, sifat yang sangat penting ketika anda
berhadapan dengan pasar dan diri anda yang kondisinya berubah-rubah.
Demikian
prinsip-prinsip dasar analisa teknikal. Cerna dan cermati. Setelah anda
sudah setuju dengan prinsip-prinsip ini, barulah anda siap mempelajari
analisa teknikal secara mendalam.
No comments:
Post a Comment